KARTONO RYADI
Lelaki dari kota batik (Pekalongan) yang lahir pada tanggal 30 Juni 1945 menjelang Indonesia merdeka. Ia adalah seorang wartawan yang menyampaikan pesan lewat karya fotografis. Dengan pribadi yang singkat dan tegas saat sedang bekerja, tetapi juga punya sifat humor ketika bersama orang-orang yang ia cintai. Visi hidupnya adalah Kemanusiaan, karena semua yang kita jalani harus secara manusiawi. Setiap ia memotret ia menerapkan prinsip yaitu “Kalau memotret, pakailah otakmu.”
Kartono anak sulung dari Bapak Sampe Ryadi dan Ibu Sri Hartati Wijaya ini masa kecilnya suka di bidang oldahraga dan kesenian. Di olahraga ia pandai bermain bola, dan di bidang kesenian ia suka ikut lomba teater, dan peprnah menjadi juara 1. “Mungkin ini karena bapak saya sebagai jurinya ha, ha, ha,...” katanya. Selain itu ia suka mengoleksi perangko karena memiliki sahabat di luar negri.
Walaupun Kartono Ryadu atay nama panggilannya KR ini bersifat galak, dan tidak meneruskan kuliahnya. “Ia tidak meneruskan kuliah karena ia ingin menjadi seseorang yang bisa mengabdi bangsa. Jadi ia pergi ke Surabaya untuk menjalani tes untuk menjadi Marinir. Ia sudah lulus dalam berbagai tes, tetapi cuman gara-gara lututnya berair ia tidak di terima. Dulu ia juga pernah menjadi calong angkatan udara, tetapi anak sulung tidak boleh menjadi calo angkatan udara.” Kata Lstio Ryadi adek ke-tiganya.
Setelah KR gagal dalam menjadi Tentara Indonesia,ia terus berpikir positif suatu hari akan ada yang lebih baik,jadi ia memutuskan kembali untuk meneruskan sepak bolanya. Ia pernah menjadi striker PSP. Di luar urusan sepak bola ia juga meminta ayahandanya untuk membelikan ia kamera. Ia sering latihan memotret di rumahnya. Ia juga pernah menjadai pedagang asongan. Tidak beberapa lama kemudian ia pindah ke Jakarta dan kuliah di Universitas Jayabaya. Rupanya celah itu adalah dunia fotografi, dan terbukti dengan pilihan jurusannya yaitu Cinematografi.
Hubungan asmaranya berjalan lancar dengan Lily Kristianti Sutiono anak ke-empat dari bapak Sukarto Sutiono dan Ibu Setiati. Dari kecil ia sudah disiplin, ia sekolah di Garuda dari SD sampai SMA, karena ia pandai berbagai bahasa, ia bekerja di PT gramedia yang dekat dengan Kompas (tempat KR bekerja). “ Pertama kami bertemu di toko buku tempat saya bekerja.
Saya kira seorang KR adalah laki-laki yang sudah tua diliat dari hasil fotonya yang berkesan sudah berpengalamn.” Katan Lily. “Waktu hubungan semakin dekat, feeling saya ia naksir saya.” Lanjut Lily.
“Papi dan mami saya sangat cocok dan akrab dengan KR.” Lily berpendapat. KRF pernah mengajak Lily ke Dieng Jawa Tengah. Dan hobi mereka adalah berenang bersama. “KR adalah tipe lelaki yang kaku saat ada banyak orang tetapi saat berdua ia cukup romantis lho..” Kata Lily tersenyu,Lily dan KR tunangan pada Minggu,30 Desember 1973,pada pukul 12.00 Siang di RM “Kanoman” Jl. Kanoman 49 – Cirebon. Saat itu usia KR 28 thn, sedangkan Lily 27 thn. Bulan madu pertama mereka ke Bali. Mereka di anugerahi 2 anak laki-laki yaitu Ivan Ryadi dan Reza Ryadi.
Kompas tempat mengekspresikan buah pikiran KR selamat 37 tahun. Tidak mengenal pensiun,di sana ia banyak meraih prestasi salah satunya foto “Susi ‘air mata emas’ Susanti” saat Susi Susanti menjuarai Olimpiade di Barcelona 1992.KR berhasil memotret ketika Susi Susanti menangis terharu sambil menyanyikan lagu kebangsaan di podium juara 1. Dan ia sering menyabet Piala Adinegoro. Karena seringnya ia juara, ia diutuskan menjadi juri tertinggi. “KR punya jejak kuat bagi Jurnalistik Fotografi Indonesia.” Kata Oscar Motulah pemimpin Galeri foto jurnalistik.
KR dikenal sebagai orang yang mencintai teman-temannya, ia mempunya ribuan teman dan tidak mempunyai musuh. Menurut Sindhunata (Partner KR) ia adalah suhu yang tanpa disadari telah mengajari banyak hal. “KR berhasil dalam rumah tangga dan pekerjaannya, ia akan di kenang kebaikkanya untuk semua orang.” Kata Lily sambil menangis, tahun 2005 saat Suaminya pulang ke maha kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar