INDONESIA

INDONESIA

Minggu, 29 Januari 2012

PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU


1.PUISI ASLI
CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata
Tujukan perahu ke pangkuanku saja

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
                                    Chairil Anwar                                                          1946
2.PUISI DENGAN TANDA BACA
CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku jauh di pulau
gadis manis, sekarang iseng sendiri

Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
MERAH          :PANJANG
BIRU               : SEDANG
HIJAU             :BIASA








3.PARAFRASE

CINTAKU JAUH DI PULAU

Cintaku (kepadamu) jauh di pulau (sana),
gadis (yang) manis, sekarang (sedang) iseng sendiri

Perahu (itu) melancar, (dan) bulan (itu pula) memancar,
di leher kukalungkan ole-ole/(kalung) buat si pacar(ku).
(Walau) angin membantu,(dan) laut (-pun) terang, tapi terasa
aku tidak 'kan/(akan) sampai (ke)padanya.

Di air yang (sangat) tenang, di angin (yang) mendayu(-dayu),
di perasaan(-ku hanya) penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta/(menanti), (Aku) sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja!”

Amboi! Jalan sudah bertahun/(lama) ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan/(akan) merapuh!
Mengapa Ajal/(kematian) memanggil(-ku lebih) dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku/(pacarku)?!

Manisku jauh di pulau (sana),
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri






4.SINOPSIS
Pada puisi kali ini Chairil Anwar mengisyaratkan penyesalan seorang lelaki yang sudah menyia-nyiakan pujaan hatinya hingga ajal menjemputnya.
Bisa kita liat dalam syair berikut:
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
 
Perahu yang bersama 'kan merapuh!

Mengapa Ajal memanggil dulu
 
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Terlihat sangat pesimisnya seseorang itu... Tapi tidak hanya menceritakan tentang ke pesimisan itu saja.Puisi ini juga menyangkut dengan pembuat syair ini yaitu Chairil Anwar,walaupun dia puitis muda yang sangat sukses tetapi dia selalu berganti pujaan hati jadi puisi ini bisa juga ditunjukkan untuk dia.

5.PESAN PENGARANG

Pesan dari Chairil Anwar adalah kita harus menyadari bahwa hanya ada satu pujaan hati untuk kita.Dan kita tidak boleh menyia-nyiakan pasangan kita, karena kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput kita...


1 komentar: